Senin, 06 Februari 2012

Pencakar Bumi, Bukan Sekadar Egoisme Arsitek

detail berita
Earthscraper Mexico (Foto: Dok. BNKR Arquitectura)
JAKARTA - Proyek earthscraper atau pencakar bumi di Meksiko, memang santer terdengar dan berhasil mencuri perhatian dunia. Dari sinilah nama Arsitek Indonesia Arief Budiman juga tiba-tiba menjadi sorotan. Namanya santer diberitakan sebagai pemimpin proyek fenomenal tersebut.

Tapi, apakah benar Arief Budiman yang sudah lama tidak tinggal di Indonesia ini benar-benar memimpin pembangunan proyek tersebut? Simak pengakuannya dalam wawancara khusus dengan okezone melalui sambungan telepon baru-baru ini, berikut:

Apakah benar Anda menjadi pimpinan proyek Earthscraper (pencakar bumi) pertama dunia di Meksiko?

Saya ingin meluruskan sedikit berita ini.  Ada beberapa tahapan dalam mendirikan sebuah bangunan. Tahapan desain, design development, konstruksi, dll. Awalnya proyek ini adalah salah satu proyek yang kami ikutkan dalam sebuah kompetisi Evolo (kompetisi ide dalam mendesain skyscraper tahunan) tanpa ada keharusan membangunnya.  Dan saya memang terlibat dalam proses kompetisi ini sebagai pemimpin tim desainnya di saat saya masih bekerja di BNKR Arquitectura. 

Bahwa ternyata ada kemungkinan desain ini akan dibangun selepas dari kompetisi itu, saya sudah tidak terlibat lagi dikarenakan saya saat ini sudah tidak bekerja lagi dengan BNKR Arquitectura. Saya memang masih berhubungan dengan BNKR, tetapi untuk informasi mengenai keberlanjutan projek ini, saya rasa BNKR Arquitectura lebih memiliki wewenang untuk menjawab. saya pribadi melalui ini juga ingin mengapresiasi teman-teman dari Indonesia yang menang pada kompetisi yang sama dengan konsep revitalisasi kali ciliwung.

Bagaimana Anda bisa terlibat dalam proyek tersebut?


BNKR Arquitectura pada saat itu (akhir 2009) memang sedang berprogram untuk mengikuti kompetisi dan kebetulan kompetisi Evolo ini memberikan keleluasaan dalam mengajukan ide dan kami akhirnya memutuskan untuk ikut dalam kompetisi ini. Proyek kami akhirnya menjadi "green finalist" (desain yang membawa isu keberlanjutan).

Apa alasannya hingga Anda mendesain proyek yang bisa di bilang fenomenal ini?

Proyek ini bisa dibilang fenomenal karena tiga hal, yakni:
 
1. Lokasi. Lokasi desain proposal ini kami pilih di sebuah plaza besar di Meksiko yang dikelilingi bangunan kolonial Spanyol, yang bermuatan sejarah.  Banyak yang tadinya tidak tahu bahwa bangunan peninggalan suku Aztec, yaitu Piramida Templo Mayor ditimpa oleh bangunan-bangunan kolonial bangsa Spanyol ini saat mereka datang ke Meksiko. Dengan pemilihan lokasi, proyek ini bisa membuka sejarah Meksiko dan muatan peninggalan kebudayaan tersebut di mata internasional.

2. Kemungkinan dibangunnya. Saya, bisa dikatakan, baru mengetahui adanya kemungkinan proyek ini bisa dibangun. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, bahwa keterlibatan saya adalah sebagai project leader untuk tahap desain dengan tujuan mengikuti sebuah kompetisi,  bukan untuk pembangunannya.
 
3. Publikasi. Saya sendiri tidak menyangka bahwa kompetisi yang kami ikuti dua tahun yang lalu ini ternyata masih bergaung hingga detik ini sampai akhirnya beritanya sampai ke Indonesia. Sejauh ini sudah dua kali diulas di CNN dan bahkan sering diputar di stasiun televisi internasional.

Jadi, apakah Anda akan kembali ke Meksiko dan ikut melanjutkan proyek ini?

Untuk itu saya belum tahu.  Saya berencana untuk memulai karier di Indonesia.

Jika benar proyek ini akan direalisasikan, artinya akan menjadi sebuah proyek yang fenomenal. Bagaimana tanggapan Anda?

Saya bersyukur akhirnya ide membuka kembali sesuatu yang menjadi sejarah dan peninggalan kebudayaan Meksiko sudah berhasil. Inilah arsitektur yang sebenanrnya. Tidak hanya berupa ilmu bangun, tapi juga membawa muatan sejarah, sosial budaya serta urban. Saya berharap suatu hari nanti, kita bisa menerapkan arsitektur lebih luas seperti ini di Indonesia; yang juga berani untuk menyinggung isu-isu atau muatan lainnya di luar ilmu bangun.

Apa yang membuat Anda mendesain gedung ini menjorok ke dalam bumi, bukan pencakar langit?


Sebelumnya, saya tidak mau melabel desain ini sebagai karya saya semata, karena desain ini adalah hasil proses desain yang ditempuh bersama oleh saya, presdir, 3D artists, serta model maker, bahkan rekan-rekan yang sudah mau mempublikasikan karya ini. Mengenai desainnya sendiri, melalui desain gedung yang menjorok ke dalam perut bumi, kami ingin membuka mata pengunjung plaza tersebut, bahwa dibawah kemegahan bangunan di sekelilingnya, ada kompleks piramida dengan berbagai muatan budaya yang dibawanya, yang tertimbun sebagai salah satu bagian sejarah negara Meksiko.

Diharapkan nantinya dengan membuka plaza ini, semakin dapat dilihat dan diingat kembali sejarah dan identitas tersebut, dan yang paling penting tidak menghilangkan nilai sakral City Plaza itu sendiri dengan cara tidak mendesain bagunan yang sifatnya lebih monumental dari bangunan bersejarah di sekitarnya tapi lebih membuka lapisan-lapisan sejarah yang terjadi di plaza ini.

Ini adalah murni respon arsitektural terhadap sejarah tapak. Dan tidak harus selalu menggali ke bawah, tapi tergantung pada muatan apa yang ingin kita bawa. Contoh, untuk sekedar mengingatkan kemonumentalan Monas, bagaimana kalau kita membangun instalasi yang mengitari monas agar masayarakat lebih sadar tentang kemonumentalan tugu tersebut untuk warga Jakarta. Arsitektur itu bukan hanya segala sesuatu yang bersifat membangun, tapi juga membawa kewajiban respon terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat. 

Banyak tanggapan sumir mengenai proyek tersebut. Apa tanggapan Anda?

Secara pribadi, saya selalu yakin tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Segala sesuatu yang menjadi masalah pasti ada jalan keluarnya. jaman semakin berkembang, manusia terus berevolusi, teknologi semakin maju. Ini bukan untuk sekadar menunjukkan ego pribadi, tapi lebih kepada keyakinan akan solusi yang tepat. Sebagaimana prinsip dasar dari ilmu arsitektural itu sendiri yang harus bisa menjadi jawaban atas segala permasalahan.

Tentang orang beranggapan bahwa earthscraper ini tidak mungkin, bila kita refleksikan di Jakarta misalnya, bukan berarti kita harus berhenti mencari cara untuk mengurangi pembangunan diantara terjepitnya lahan-lahan terbuka di Jakarta. Saya masih belajar, tapi seperti yang saya katakan, bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin. Implikasinya kita bisa berfikir besar agar kita tidak selalu terbatas akan hal hal teknis. Karena hal teknis akan terus berkembang.

Mungkin bukan saat ini, tapi mungkin beberapa tahun kedepan? Kemungkinan selalu ada, jadi buat saya pribadi, saya akan selalu mencoba melepas diri saya dari himpitan keterbatasan-keterbatasan teknis.

Jika ada pertanyaan "amankah gedung pencakar bumi ini?" apa yang bisa Anda jawab?

Kalau dilihat dari panel yang kami buat untuk kompetisi saat itu, saya sudah mencoba menjawab semua persoalan yang saya kira akan datang. Seperti faktor kelembapan tanah,air, dll. Tapi tentunya untuk mendirikan bangunan yang kalau memang harus sesuai dengan desain awal kami, saya rasa bukan tidak mungkin, tapi perlu studi-studi yang lebih jauh. Dulu kami buat bangunan ini dalam sekali memang dikarenakan untuk kategori kompetisi skyscraper.

Tapi saya rasa, yang harusnya kita jaga adalah niat awal kita untuk mengingatkan kembali sejarah dan peninggalan kebudayaan. Jadi saya pribadi merasa, selama niat itu tetap terealisasikan, itu berarti kita sudah berhasil. Lepas dari jumlah lantai bangunan ini nantinya. Dan tentunya bangunan apapun haruslah aman untuk penggunan bangunan itu sendiri maupun lingkungan sekitarnya.


Sumber : www.property.okezone.com/pencakar-bumi-bukan-sekadar-egoisme-arsitek

Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar