Senin, 20 Februari 2012

Rumah Teduh, Gajah, dan Korupsi



Rumah di Jalan Ciasem, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu terlihat sejuk dan nyaman. Pohon rindang menaungi hampir seluruh pekarangannya. Taman hijau dengan aneka tanaman hias di sekitarnya tampil semakin menyejukkan.

Tak terasa, jarum jam menunjuk angka sembilan. Pemilik rumah nan rindang yang sedari tadi ditunggu-tunggu ini akhirnya keluar juga. Pintu rumah terbuka, sosok ramah kemudian muncul dan menyapa ramah.

"Maaf sudah menunggu, saya baru tidur pukul enam pagi tadi," kata ekonom Faisal Basri, akhir pekan lalu.

Calon Gubernur DKI Jakarta dari jalur independen berpasangan dengan Biem Benyamin ini mengaku mulai disibukkan dengan aktivitas barunya, yaitu persiapan maju dalam pemilihan "DKI 1" tahun ini.

Di komplek tersebut, rumah Faisal dulunya termasuk rumah tua. Saat pertama melihat lokasi rumah tersebut, kata Faisal, ia langsung jatuh hati dan lantas dibelinya pada 2002.

Namun, lanjut Faisal, untuk membeli rumah yang telah ditinggalinya ini membutuhkan perjuangan. Sebelumnya, ia harus menjual rumah di kawasan Bambu Apus yang tengah dalam proses pembangunan. Kemudian, ia harus rela pindah lokasi lantaran jarak rumah dan sekolah anak-anaknya sangat jauh.

"Padahal, sudah proses dak. Rumahnya besar, 500 meter persegi, ruang kerjanya juga luas. Pokoknya asyik banget. Tapi, ya, akhirnya enggak tega juga sama anak-anak, akhirnya pindah," kenangnya.

"Waktu beli uang saya hanya Rp 170 juta. Masih banyak kekurangan, lalu pinjam sana-sini juga dari bank, akhirnya terbeli. Hutang saya baru lunas tujuh tahun kemudian," kisah pria kelahiran 6 November 1959 ini sembari tertawa.

Ia mengaku, rumah tingkat dua dengan banyak kamar ini menjadi saksi perjalanan karir dan kehidupannya sampai saat ini. Tempat kesukaannya adalah teras belakang, yang berdekatan dengan innercourt dan ruang multifungsi penyambut ruang tamu yang terkadang disulap sebagai ruang keluarga.

Di teras belakang tersebut, keberadaan meja dan kursi dari kayu keras seolah mengundang tamu untuk mengobrol atau sekedar santai. Faisal menuturkan, tempat itu menenangkan karena ada suara air di kolam dan segar berkat dekat tanaman dan berkonsep terbuka.

"Tanaman itu juga asal saja tumbuhnya, ada salak dan kelengkeng. Awalnya hanya makan dan buang ke tanah, ternyata bisa hidup. Kalau kaktus itu anak bungsu saya yang menanam," kata bapak tiga anak ini.

Ruang kerja

Saat di rumah, Faisal mengaku lebih banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja. Meski bukan ruang favorit, dia betah berlama-lama di sana untuk membaca, menulis, juga untuk merokok.

"Di rumah ini, kalau merokok sembarangan sering dimarahin anak-anak. Hanya di ruangan ini saya bisa bebas merokok," selorohnya.

Saat mempersilakan masuk, ruang kerja Faisal memang tidak rapi. Ia sendiri mengakui, ruangan ini memang berantakan dikarenakan kesibukannya mempersiapkan diri maju dalam pilkada DKI Jakarta.

"Beginilah keadaannya, pokoknya parah deh," ujarnya sambil terbahak.

Ruang kerja yang terletak di lantai dua ini dilengkapi jendela besar sebagai bukaan dengan pemandangan berupa jalan menuju rumahnya. Jendela besar ini menangkap cahaya dan udara sehingga mengalirkan udara segar keluar-masuk ruangan.

Tak hanya jendela ruang kerja. Secara keseluruhan, konsep rumah Faisal juga memanfaatkan bukaan serta skylight untuk menghemat penggunaan energi listrik.

"Dikonsep begitu karena listrik sekarang mahal," kata dosen yang masih aktif mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI).

Penyuka gajah

Ekonom satu ini rupanya senang mengoleksi miniatur gajah. Saking senangnya dengan hewan tersebut, ia menyediakan sekat khusus untuk memajang gajah-gajah koleksinya di sela-sela ratusan bukunya. Macam-macam aksi miniatur gajahnya ini, mulai dari yang tengah mengangkat belalai, sikap berdiri, sampai memegang bola. Gajah-gajah ini berasal dari bahan keramik, porselen, bahkan gading yang menjadi kebanggaannya.

"Gajah itu lucu, baik, mau membantu manusia, tapi jangan sampai mengganggunya, karena dia akan sangat marah. Rasanya, itu seperti saya," ucap Faisal sembari tersenyum.

Meski mengaku menyenangi rumahnya, si penyuka gajah ini berencana menjual rumah yang telah ditinggalinya selama 10 tahun. Kata Faisal, nanti uang dari penjualan rumah digunakan sebagian untuk membeli rumah baru, sedangkan separuhnya lagi untuk tabungan sekolah tiga anaknya.

"Saya ini sudah tua, sudah 52 tahun, sudah enggak bisa ngumpulin lagi untuk tabungan sekolah. Kalau rumah dijual juga, uangnya untuk anak-anak. Jadi, kalau saya jadi gubernur, enggak perlu korupsi untuk sekolah anak-anak," tutup Faisal.



Sumber : www.properti.kompas.com/Rumah.Teduh.Gajah.dan.Korupsi

Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar