Selasa, 19 April 2011

Harga Rumah di China Menurun

BEIJING – Upaya China meredam likuiditas keuangan menunjukkan hasil positif. Berdasarkan laporan resmi pemerintah, sejumlah indikator ekonomi seperti kenaikan harga properti mulai mereda dalam dua bulan terakhir.

Namun, di bagian lain laju pinjaman perbankan pada bulan ketiga tahun ini justru kembali meningkat, setelah sebelumnya sempat melemah. Hal ini membuat otoritas moneter Negeri Panda kembali memperketat kebijakan di sektor perbankan. Data terkini menyebutkan, di beberapa kota di Negeri Panda harga rumah pada Maret lalu menurun. Hal ini mengindikasikan upaya pemerintah mendinginkan pasar real estate memperlihatkan dampak cukup baik.

Biro Statistik Nasional menunjukkan terjadi penurunan harga perumahan baru di 12 kota dari 70 kota besar yang disurvei pada Maret lalu.Penurunan inimengikutibulansebelumnya di mana terdapat delapan kota yang harga rumah barunya melemah. Sementara pada Januari 2011, hanya tiga kota yang mengalami penurunan. “Di antara kota-kota besar lainnya,harga rumah di Beijing termasuk yang tidak berubah, sementara Shanghai mencatat kenaikan sebesar 0,2%,” ujar Biro Statistik China kemarin. Analis properti China Index Academy Chen Sheng mengatakan, data bulanan yang dirilis pemerintah memperlihatkan adanya pengaruh dalam upaya pemerintah meredam booming di sektor properti.Dia memperkirakan masih ada langkah lain untuk mencegah terjadinya lonjakan harga.

Pada Minggu (17/4) lalu, Bank Sentral China meningkatkan jumlah cadangan wajib perbankan sebesar 0,5%.Langkah ini dilakukan guna meredam kekhawatiran atas inflasi dan laju pinjaman dianggap semakin memprihatinkan. Bank Sentral China (People Bank of China/PBOC) menyatakan, keputusan menaikkan rasio cadangan perbankan itu akan diberlakukan pada Kamis (21/4) mendatang. Keputusan ini merupakan langkah keempat kalinya dilakukan Bank Sentral China setelah pemerintah merilis harga indeks konsumen yang mencapai 5,4% pada Maret lalu,tertinggi dalam tiga tahun. Gubernur Bank Sentral China Zhou Xiaochuan pekan lalu mengatakan, pembuat kebijakan akan menggunakan berbagai langkah untuk mengendalikan inflasi,yang mencatat rekor tertinggi.

Zhou juga menyatakan bahwa kenaikan tingkat suku bunga acuan terlalu banyak akan menarik uang panas. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index/CPI) yang merupakan indikator utama inflasi pada Maret 2011, jauh di atas target pemerintah sebesar 4%.Kondisi ini diperkirakan memengaruhi kenaikan suku bunga lebih lanjut serta adanya pembatasan pinjaman. Para pembuat kebijakan China sempat khawatir kenaikan harga-harga pangan berpotensi akan memicu kerusuhan sosial. Untuk itu, mereka menaikkan suku bunga deposito dan pinjaman sebanyak empat kali pada Oktober 2010 dan memerintahkan perbankan untuk menyisihkan deposito sebagai cadangan. Dengan kebijakan baru tersebut, bank-bank komersial di China akan diminta menahan 20,5% simpanan dalam bentuk cadangan.

Keputusan ini adalah yang kesepuluh kalinya sejak awal 2010. Aturan ini dikeluarkan setelah Bank Sentral China pekan lalu mengumumkan bahwa bank-bank nasional China menyalurkan pinjaman 679,4 miliar yuan (USD104,5 miliar) sepanjang Maret 2011.Jumlah tersebut naik dari sebelumnya 535,6 miliar yuan pada Februari, meski saat itu pemerintah telah berupaya mengekang pinjaman.Angka tersebut juga di atas perkiraan Dow Jones Newswires sebesar 585 miliar yuan pada sebuah jajak pendapat yang diikuti beberapa ekonom.

Kenaikan rasio cadangan perbankan China juga dilakukan sebagai upaya Beijing dalam menghadapi seruan dunia, terkait kebijakan mata uang yuan yang diperdagangkan lebihrendah. Pekanlalu,DanaMoneter Internasional (IMF) mengatakan bahwa yuan “jauh lebih lemah”dari seharusnya. Rtr/AFP/rini harumi w/ yanto kusdiantono


Sumber : www.seputar-indonesia.com/edisicetak/
 Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya  :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar