Selasa, 10 April 2012

Rumah Menjadi Kantor? Kenapa Tidak!

detail berita
Contoh dekorasi kantor di rumah (foto: homeofficedesignblog)
ALIH fungsi hunian dari tempat tinggal menjadi perkantoran sudah menjadi hal yang umum di kota-kota besar. Bangunan yang dulunya dibangun untuk tempat tinggal dengan karya cipta arsitektural tinggi kemudian berubah menjadi perkantoran memberikan nilai komersial bagi bangunan tersebut.

Biasanya, hunian yang kemudian dipakai untuk kantor memiliki nilai jual tinggi. Alasannya, hunian-hunian tersebut berada di area bisnis yang strategis. Selain itu, banyak pengguna yang menginginkan suasana yang berbeda karena bosan dengan suasana kantor yang massif, berbentuk kotak, di gedung tinggi, dengan sekat-sekat dan sebagainya.

Menurut arsitek Andry Hermawan, pergeseran fungsi dari tempat tinggal menjadi kantor memang bisa dikakatan susah-susah gampang karena banyak yang harus disesuaikan. Yang paling pertama untuk disesuaikan adalah ukuran hunian tersebut. Untuk digunakan sebagai kantor, tentunya harus bisa mengakomodasi kebutuhan ruang plus ruang gerak individu di dalamnya yang berbeda dengan kebutuhan hunian biasa. Kebutuhannya pasti lebih besar dari sekadar kebutuhan untuk hunian.

Ukuran bangunan yang sempit tidak akan membuat karyawan nyaman bekerja di dalamnya. Apabila hunian tersebut ingin dijadikan kantor paling tidak harus mampu memenuhi kebutuhan dasar pergerakan individu dalam ruangan. YAitu kurang lebih 2 sampai 3 m persegi. "Jadi, kalau jumlah karyawannya 50 orang, minimal luas rumah tersebut 100 meter persegi. Yang penting, jumlah orang sama ukuran rumahnya cukup," jelasnya.

Itupun, sambung Andry, belum termasuk dengan ruangan-ruangan lain yang membutuhkan space lebih besar seperti ruangan pertemuan atau bahkan ruangan direktur yang seringkali dibuat lebih eksklusif. Dengan ukuran yang lebih besar dan fasilitas yang lengkap.

Terkait hal tersebut, struktur bangunan penting untuk diperhatikan. Logikanya, struktur bangunan yang diperuntukan sebagai tempat tinggal dengan peruntukan sebagai area perkantoran berbeda dengan hunian pada umumnya. Beban yang ditanggung oleh struktur bangunan perkantoran lebih besar daripada sekadar hunian tempat tinggal.

"Struktur bangunan menjadi perhatian utama. Rumah tersebut akan mengalami pembebanan yang lebih besar dari asalnya. Tinggal dilihat, apakah masih layak atau tidak," jelasnya. Layak atau tidak, salah satunya bisa dilihat dari usia bangunan tersebut. Semakin lama usia bangunan, semakin banyak yang harus diperbaiki agar bangunan tidak tiba-tiba runtuh ketika digunakan sebagai kantor.

Lingkungan. Berikutnya, yang patut diperhatikan adalah soal lokasi dan lingkungan binaan. Menurut Andry, factor ini turut menentukan skala kantor yang akan dibuat. Akses untuk hunian tentunya akan berbeda dengan akses untuk area perkantoran. Perkantoran tentunya akan membutuhkan akses yang lebih mudah dengan mengedepankan fungsi dibandingkan dengan seninya.  "Kesan bagaimana bisa bekerja dengan kesan tetap berada di rumah sendiri harus tetap ada seiring dengan penyesuaian kebutuhan kantor. Karena itu, perubahan bentuk diminimalisir agar wujud bangunan tetap seperti rumah," ungkapnya.

Pintu sebagai aspek dari aksesibilitas sejatinya tidak perlu terlalu banyak untuk diubah. Yang penting, bagaimana bangunan di dalamnya bisa dengan mudah untuk diakses. Sehubungan dengan perkantoran, pintu ini terutama harus memberikan kenyamanan saat diakses. Tidak terlalu sempit dan juga tidak terlalu membingungkan. "Pintu terserah, bisa pintu dibongkar kemudian pintu diganti menggunakan pintu kaca supaya kelihatan dari luar juga boleh,"katanya.

Selain pintu, tingkat kebisingan juga perlu diperhatikan. Meskipun digunakan sebagai tempat untuk beraktivitas, hunian yang dialih fungsikan sebagai kantor tetap saja harus memerhatikan tingkat kebisingan. Banyak orang yang menginginkan untuk berkantor di rumah dengan tujuan supaya tidak dibuat pusing  dengan suasana ramai kantor maupun lingkungan sekitar kantor.

"Lokasi dan kondisi lingkungan binaan menentukan skala kantor yang akan kita buat. Aksesibilitas dan tingkat kebisingan yang rendah sangat dibutuhkan.  Selain itu, kondisi masyarakat sekitar menjadi suatu yang perlu dibina dan dikembangkan sehingga menciptakan suatu sinergi yang lebih baik pada saat rumah yang digunakan beralih fungsi menjadi kantor," jelasnya.

Setelah lingkungan kondusif, yang perlu diperhatikan adalah organisasi ruangan. Beberapa bagian pada hunian kurang diperlukan pada saat hunian kurang diperlukan pada saat hunian tersebut dialihfungsikan menjadi kantor. Sehingga, perlu dilakukan organisasi atau tata ruangan kembali. Misalnya, menggabungkan ruangan keluarga dengan ruangan tamu yang tadinya ada pada hunian sebelumnya diubah menjadi area untuk staf dengan menggunakan sekat-sekat.

Contoh lain, kamar utama yang bisa digunakan sebagai ruangan direktur dengan beberapa perubahan. Alasannya, kamar utama menjadi ruangan yang paling mudah untuk diubah menjadi ruangan direktur. "Paling tinggal menambah sedikit fasilitas saja seperti kamar mandi di dalam. Kalau direktur hanya satu orang, luasnya bisa 15 sampai 20 meter," jelasnya. Selain kamar utama, halaman rumah bisa diubah menjadi area parker karyawan. Sedangkan ruangan pembantu, bisa digunakan untuk tempat menunggu supir-supir direksi.

Pada prinsipnya, reorganisasi ruangan tergantung dari kebutuhan. "Tergantung. Kalau butuh ruangan rapat, kamar jadi satu untuk ruangan rapat. Ruangan keluarga bisa disekat buat para staf, bagian keuangan, HRD, dan lainnya. Kalau bentuk rumah mau dipertahankan dan nggak ada perubahan arsitektur, cukup dengan menambah jaringan telpon," jelasnya.

Yang tidak kalah penting adalah instalasi listrik. Untuk keperluan kantor, daya listrik tentunya lebih besar dari daya listrik untuk kebutuhan rumah tangga. Bisa lebih dari 1.300 kw. "Karena akan banyak penambahan alat-alat listrik, maka perlu ditambah. Komputer, printer, dan alat-alat kantor lainnya jelas menjadi keperluan yang tidak bisa ditunda," jelasnya.

Terakhir, penyesuaian furniture. Ini juga berhubungan dengan material finishing. Untuk alihfungsi hunian menjadi area kantor, penggunaan furniture tidak disarankan terlalu banyak karena akan mengganggu mobilitas para staf saat bekerja. Furniture sebatas pada fungsi penyimpanan seperti lemari atau meja. Kaitannya dengan furniture adalah pemilihan material finishing. Ternyata, pemilihan material finishing bisa disesuaikan dengan jenis kegiatan kantor tersebut.

Misalnya, untuk meja kantor, finishing bisa sederhana saja dengan menggunakan pelitur atau menggunakan laminet dengan motif kayu untuk menutupi penggunaan material kayu olahan. "Pemilihan material finishing juga bergantung pada jenis kegiatan dalam kantor tersebut. Jenis material yang rendah carbon dan juga yang melepaskan material berbahaya dan system HVAC menjadi suatu yang mutlak. Sebab, orang yang menghabiskan waktu yang panjang di kantor harus bebas dari gangguan penyakit," pungkas Andry.

Sumber : www.property.okezone.com/rumah-menjadi-kantor-kenapa-tidak

Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!





rumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewa rumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar