Kamis, 19 April 2012

"Jika Tidak Green, Makan Akan Ketinggalan"

detail berita
Green Building (foto: inhabitat)
JAKARTA - Konsep green building atau bangunan hijau sedang marak dibangun saat ini merupakan sebuah wacana positif dalam upaya melestarikan lingkungan. Namun, pada kenyataannya masih banyak pihak yang hanya asal menggembar-gemborkan penerapan konsep hijau, tanpa mengetahui esensinya. Celakanya lagi, green hanya menjadi iming-iming pendongkrak marketing sebuah produk.

Menyoroti hal tersebut, arsitek kenamaan Ridwan Kamil pun memberikan tanggapan yang senada. Menurutnya sebuah bangunan dapat dikatakan green jika telah memenuhi banyak aspek seperti penghematan air, spesifikasi material, penghematan energi dan lainnya.

"Bangunan yang mengaku green itu harus punya sertifikasi. Badan penyertifikasian itu tidak sembarangan harus melalui lembaga resmi, di Indonesia sudah ada badan yang diakui secara internasional, yaitu Green Building Council Indonesia (GBCI). Bukan hanya seolah-olah naruh taman dan pohon, udah dibilang green building," katanya saat ditemui pada persemian Menara Sentraya Blok M, Jakarta, Rabu (18/4/2012).

Menurutnya, ke depan green akan menjadi sebuah keharusan dan bukan sekadar konsep saja. "Nantinya green building bukan sekadar kebutuhan tapi sudah di-drive oleh market juga. Jadi, siapa yang tidak melakukan green building akan tertinggal peluang, oppurtunity-nya. Suatu saat orang enggak perlu ngomongin green, karena sudah menjadi kewajiban semua bangunan mulai dari skala kecil hingga high-rise," paparnya.

Lebih lanjut dia menambahkan, untuk mengaplikasikan konsep green building memang butuh biaya yang lebih ekstra ketimbang membangun bangunan biasa.

"Di negara yang baru belajar, klien enggak mau karena harganya 70 persen ada pada material spek tahan panas, pake sensor, ada matahari lampunya mati, dan sebagainya. Tapi semahal-mahalnya, paling naik sekira 15 persenlah dari harga konstruksi normal. Angka 15 persen itu kalau dikonversi ke peluang maka akan mendapat manfaat besar plus cost maintenance-nya yang lebih hemat," jelasnya

Ridwan juga mengungkapkan, sejumlah negara maju yang telah membuat regulasi dalam penerapan green building. "Di Amerika oleh pemerintahnya jika menyewa kantor di negera berkembang harus menyewa kantor yang ada sertifikasi green-nya. Singapura mengklaim biaya konstruksi untuk green building naik lima hingga tujuh persen dari harga konstruksi normal.

Kalau seluruh gedung Jakarta atapnya dihijaukan akan mengurangi suhu Jakarta sekira 1-1,5 derajat. Tapi green ini masih wacana di Indonesia, gak semua klien mau. Juga untuk melakukan seperti itu saat ini masih berat karena regulasi. Kunci perubahan kota itu pada regulasi,' ujarnya menutup.




Sumber : www.property.okezone.com/jika-tidak-green-makan-akan-ketinggalan

Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!





rumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewa rumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewarumah dijual, rumah disewa, apartemen dijual ,apartemen disewa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar